Netralitas ASN dalam Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh akan dilaksanakan pada 15 Februari 2017, Aparatur Sipil Negara dilarang untuk terlibat dalam POLITIK PRAKTIS. melalui Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor B/2355/M.PANRB/07/2015 tentang menjaga kenetralan Aparatur Sipil Negara merupakan penegasan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 jo Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang kemudian diganti dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN secara jelas menyatakan bahwa Dalam upaya menjaga netralitas ASN dari pengaruh partai politik dan untuk menjamin keutuhan, kekompakan, dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan, ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

Hal ini, diperkuat dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang pada pasal 41 ayat 2 yang secara tegas melarang Pegawai Negeri Sipil menjadi Pelaksana kampanye politik. Pasal 44 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2008 ini juga memuat topik yang bertema PNS dan kampanye, isinya secara lengkap sebagai berikut :

  1. Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri serta pegawai negeri lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap Pasangan Calon yang menjadi peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelum, selama, dan sesudah masa Kampanye;
  2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, ajakan, imbauan, seruan atau pemberian barang kepada pegawai negeri dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Satu dekade terakhir, dengan semakin canggihnya teknologi informasi dan semakin maraknya penggunaan jejaring sosial di internet serupa Facebook, Twitter atau sejenisnya, orang perorang dengan mudahnya memaparkan ide, pilihan maupun pendapatnya kepada publik. Terkait hal tersebut di atas, ASN sebagai abdi negara yang statusnya dijamin dan diatur undang-undang perlu memahami bahwa jejaring sosial adalah bagian dari masyarakat. Karenanya, perlu ada kehati-hatian dalam menyuarakan pendapat khususnya terkait politik dan keberpihakan. Dalam paparan Undang-Undang di atas, dapat disimpulkan bahwa PNS sebagai warga negara yang mempunyai hak pilih, diperbolehkan menyuarakan dukungan terhadap partai atau calon jabatan politik tertentu. Namun, PNS dilarang mengajak orang lain untuk memilih partai atau calon tertentu termasuk dilarang mengajak anggota keluarga.

Larangan yang sama juga tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang melarang PNS memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara ikut serta sebagai pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS, atau mengerahkan PNS lain sebagai peserta kampanye. Pelanggaran PNS pada aturan PP tersebut di atas, akan dikenai hukuman disiplin, seperti yang dijelaskan sebagai berikut, tingkat hukuman disiplin terdiri dari: 1). Hukuman disiplin ringan (teguran lisan; teguran tertulis; atau pernyataan tidak puas secara tertulis); 2) Hukuman disiplin sedang; (penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun; penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun; atau penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun); 3) Hukuman disiplin berat (penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun; pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; pembebasan dari jabatan; pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS).

Selain Undang-undang dan PP yang telag diterang tersebut, netralitas PNS dahulu juga diatur oleh Surat Edaran MENPAN Nomor 07 Tahun 2009 tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan Umum yang pada dasarnya adalah penjabaran dari aturan-aturan di atasnya. Namun, pada Surat Edaran MENPAN ini, dimuat aturan yang memperbolehkan PNS menjadi anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam kegiatan Pemilu dengan disertai adanya izin dari atasan langsung.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa PNS sebagai warga negara yang memiliki hak pilih dalam Pemilu, memiliki hak untuk mengikuti kampanye serta dapat menyuarakan ide serta pendapatnya terkait politik, baik di masyarakat maupun di media sosial termasuk internet. Akan tetapi, PNS dilarang menjadi pelaksana kampanye termasuk dilarang mengajak dan mengimbau siapapun untuk memilih calon tertentu. Sanksi dari pelanggaran aturan ini, berupa sanksi disiplin mulai dari tingkat ringan, sedang hingga berat sesuai dengan penilaian dari atasan yang berhak melakukan penilaian.

Penulis : Fuad Ansari, S.STP (Pengadministrasi Kepegawaian)

USULAN KENAIKAN PANGKAT PERIODE 01 APRIL 2017

  1. Sehubungan dengan surat Kepala Kantor Regional XIII BKN Aceh tentang jadwal penerimaan berkas usul kenaikan pangkat PNS periode 01-04-2017, dengan ini kami minta agar Saudara segera mempersiapkan berkas usul kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang dapat dipertimbangkan kenaikan pangkat. Berkas usul kenaikan pangkat untuk masing-masing Pegawai Negeri Sipil disusun sesuai dengan urutan dan persyaratan sebagaimana tersebut dalam Lampiran Surat Edaran ini, dengan ketentuan sebagai berikut:
    • Berkas usul kenaikan pangkat golongan ruang I/b s/d III/d dibuat 2 (dua) rangkap, golongan ruang IV/a dan IV/b dibuat 3 (tiga) rangkap dan golongan ruang IV/c ke atas dibuat 4 (empat) rangkap.
    • Untuk mempercepat proses administrasi, kami minta setiap berkas sudah diverifikasi oleh SKPK, disusun secara lengkap dan dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang.
  2. Berkaitan dengan pengentrian data kenaikan pangkat yang menggunakan SAPK (Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian) yang diterapkan oleh BKN, diharapkan berkas kenaikan pangkat disampaikan kepada Bupati Pidie Jaya c.q Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Pidie Jaya, selambat-lambatnya tanggal 23 Januari 2017 untuk semua jenis kenaikan pangkat.
  3. Mengingat batas waktu yang ditentukan kami mengharapkan pengiriman bahan kelengkapan agar diteliti secara lengkap dan benar. Hal tersebut untuk menghindari usulan dikembalikan karena tidak memenuhi persyaratan atau bahan tidak lengkap.
  4. Khusus Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan batas waktu usul kenaikan pangkat sebagaimana tersebut di atas supaya dapat meneruskan kejajarannya masing-masing.
  5. Apabila berkas usul kenaikan pangkat disampaikan kepada Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kabupaten Pidie Jaya melebihi batas waktu yang telah ditentukan, maka kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah yang bersangkutan akan dipertimbangkan dan ditetapkan pada periode 01 Oktober 2017.
  6. Demikian untuk dimaklumi dan segera dilaksanakan sebagaimana mestinya.

SEKDA LANTIK PEJABAT ESELON IV

Sekretaris Daerah Pidie Jaya Ir. H. ISKANDAR, M.Si,  melantik 219 Pejabat Eselon IV dilingkungan Setdakab Pidie Jaya, Jum’at (13/01) yang berlangsung di gedung lantai 3 Bupati Pidie Jaya.

Pelantikan Eselon IV dilingkungan Setdakab dihadiri Kepala Dinas, Badan dan Kantor di lingkungan Pemkab Pidie Jaya.  Sekretaris Daerah Pidie Jaya Ir. H. ISKANDAR, M.Si dalam sambutan nya mengatakan pejabat eselon IV yang dilantik terkait dengan adanya perubahan nomenlaktur pada pemerintah daerah. “Alhamdulillah atas perubahan inilah bapak dan ibu semua mendapat kepercayaan ini”

Pelaksanaan Pengukuhan dan pelatikan pejabat di lingkup Pemkab Pidie Jaya sebagai implementasi sekaligus tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Pelantikan dan Pengukuhan Pejabat Eselon IV ini menjadi momentum awal kinerja Pemkab Pidie Jaya yang lebih baik di awal 2017 ini, dan bekerja yang lebih keras seluruh Aparatur Pemerintah dalam upaya terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik , bersih dan membangun daerah Pidie Jaya demi mencapai kesejahteraan rakyat.

1 2